Open AI Indonesia: Peran dan Tantangan dalam Mengembangkan Teknologi Kecerdasan Buatan
Teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) sedang menjadi tren global dalam perkembangan teknologi. Kemampuan AI dalam memproses data dan mengambil keputusan dengan cepat bisa membantu mengatasi berbagai tugas yang kompleks. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara dalam ASEAN yang mulai fokus untuk mengembangkan teknologi AI.
Salah satu inisiatif yang mengemuka adalah adanya lembaga riset bernama Open AI Indonesia. Lembaga ini didirikan oleh tiga alumni Universitas Indonesia, yakni Dias M. Adriansyah, Dilip Kumar Krishnaswamy, dan Mohammad S. H. El Moursy pada 2017 silam. Mereka menggagas lembaga riset tersebut sebagai wadah bagi para ilmuwan AI Indonesia untuk mempelajari, mengembangkan dan menerapkan teknologi AI pertama di Indonesia.
Saat ini Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara maju dalam hal pengembangan AI. Namun menurut Dilip Kumar, salah satu pendiri Open AI Indonesia, negara harus memanfaatkan keunggulan-keunggulan yang ada, seperti sumber daya manusia dan data yang besar. Menurutnya, inisiatif Open AI Indonesia hadir untuk membantu negara dalam mendorong kemajuan teknologi AI di Indonesia.
“Tantangan terbesar adalah mengubah pola pikir masyarakat yang masih takut dengan teknologi AI. Kami harus menunjukkan kontribusi positif AI di dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya kepada CNN Indonesia pada Agustus 2019.
Selain itu, tugas kedepan dari Open AI Indonesia adalah mengembangkan kecerdasan buatan yang lokal dan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah khas di Indonesia, seperti mengatasi banjir dan kemacetan.
“Kami memikirkan kecerdasan buatan dan aplikasinya untuk memecahkan masalah dilematis yang dihadapi Indonesia,” tutur Dias Adriansyah selaku pendiri Open AI Indonesia.
Namun tantangan yang dihadapi Open AI Indonesia bukanlah tugas yang mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan teknologi AI di Indonesia, mulai dari pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia, hingga regulasi. Menurut Kharisma Nugroho, ahli AI dari ITB, regulasi yang ada saat ini belum cukup memadai untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi AI.
“Di satu sisi kita ingin mengembangkan AI, tapi di sisi lain regulasi belum cukup siap. Terlebih lagi, aturan hukum yang ada terbilang masih umum dan belum spesifik terhadap pengembangan AI,” ujarnya kepada Katadata pada Agustus 2019.
Namun demikian, perkembangan teknologi AI di Indonesia perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kemajuan. Berbagai inovasi dan aplikasi AI telah dikembangkan di Indonesia, seperti aplikasi Jempol Aja yang dapat membantu pengguna untuk mengklasifikasikan sampah, serta Chatbot yang di pasang dalam situs resmi Kementrian Ketenagakerjaan RI untuk membantu masyarakat mengetahui informasi tentang Lowongan Kerja.
Dalam perkembangan teknologi AI di Indonesia, Open AI Indonesia memiliki peran penting untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan menghasilkan teknologi AI yang sama baiknya dengan negara lain. Tantangan sebagai negara berkembang juga harus dihadapi dengan optimalisasi sumber daya dan aturan hukum yang lebih baik.
Melalui inisiatif Open AI Indonesia, semoga teknologi AI di Indonesia dapat berkembang lebih cepat dan membawa dampak positif untuk kemajuan bangsa.